Jangan Suka Makan Gorengan

Gorengan adalah istilah yang biasa digunakan untuk cemilan yang digoreng seperti bakwan / ote-ote / bala-bala, tempe goreng tepung, tahu isi, dan sebagainya. Konon katanya sering memakan gorengan seperti ini kurang bagus untuk kesehatan, terutama kesehatan jantung dan darah kita.
Tapi kali ini bukan gorengan seperti itu yang akan dibahas. Melainkan berita-berita dan issue-issue yang beredar di masyarakat dan internet yang terus saja dibumbui dan dipanaskan atau ‘digoreng’. Nah… gorengan seperti inilah yang lebih berbahaya untuk qolbu kita.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [QS. Al-Hujurot:6]
Orang fasiq adalah orang yang banyak berbuat durhaka, melanggar janji kepada Alloh, serta keluar dari jalan hidayah, rahmat, dan ampunan-Nya. Orang fasiq tidak hanya mereka yang sering meminum khomr, berzina, membunuh tanpa haq, dsb. Orang fasiq bisa saja orang yang bergamis, berjubah, berimamah, dan berda’wah, akan tetapi da’wahnya sudah keluar dari jalan huda, sudah keluar dari jalan yang ditunjukkan oleh Alloh, Rosul, dan para ulama terdahulu.
Ada kalanya mereka berteriak sebagai pembela Islam, padahal da’wah mereka bukan mengajak ummat kepada Alloh dan Rosul-Nya, tetapi kepada partai, kepada politikus, dsb. Kadang membawa-bawa sebagai keturunan nabi, tetapi jalan yang mereka tempuh sungguh berbeda dengan jalan para pendahulu dari ahlul bait.
Pahamilah bahwa para alawiyyin membawa Islam ke nusantara ini dengan jalan yang diajarkan para pendahulu mereka. Mereka membawa Islam dengan jalan damai, tidak bentrok dengan pemerintah atau penguasa yang sah walaupun penguasa itu zholim. Kalau pun mereka menasihati pemerintah, mereka menasihati dengan cara yang Alloh tunjukkan kepada nabi Musa ketika akan menasihati fir’aun. Bukan berdemo atau berorasi di tempat umum bahkan di Masjid untuk memprovokasi agar melawan pemerintah.
Ketika Rosul masuk ke Yatsrib, yang kemudian dinamakan Kota Nabi atau Madinatun Nabi atau biasa disebut Madinah saja, pemimpin Yatsrib saat itu adalah dedengkot munafiqin. Tetapi Nabi tidak pernah bentrok dengan pemimpin Yatsrib dan tidak mengajak para shohabat untuk bentrok dengan pemimpin Yatsrib.
Bahkan ayat jihad itu pertama kali turun di Makkah. Namun Nabi tidak pernah berperang fisik ketika di Makkah dan tidak berdemo di jalanan melawan Abu Jahal atau pun Abu Lahab. Nabi berda’wah dengan jalan diskusi yang baik.
Jadi, amar ma’ruf harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf. Nahi munkar pun harus dilakukan dengan cara ma’ruf. Jika nahi munkar dilakukan dengan cara munkar, maka terwujudlah dua kemunkaran.
Maka berhati-hatilah terhadap berita yang keluar dari orang-orang fasiq seperti itu. Jangan langsung memakan gorengan mereka begitu saja dan menyebarkannya. Telitilah seperti yang Alloh perintahkan.
Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa alihi wa salam pernah bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukuplah seseorang disebut sebagai pendusta ketika dia menyampaikan semua yang dia dengar. [Shohih Muslim No.6]
Artinya, ketika kita menshare, membagikan, membroadcast semua info yang kita dapat begitu saja, cukuplah itu menyebabkan kita dicap sebagai pendusta oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa alihi wa salam. Karena bisa jadi dari semua yang kita bagikan tanpa kita teliti itu ternyata terdapat berita yang dusta atau setengah dusta.
Semoga Alloh menjaga kita dari orang-orang fasiq dan berita yang mereka sebarkan. Aamiin…