• Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah.
Jumat, 24 Oktober 2025

Menuduh Sesama Muslim

Menuduh Sesama Muslim
Bagikan

Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zholim. [QS. Al-Hujurat: 11]

Berhati-hatilah dalam menuduh orang lain sebagai kafir atau musyrik. Singkirkanlah tuduhan itu dari lisanmu. Walaupun kamu melihat orang-orang melakukan hal-hal yang sepertinya syirik, janganlah kamu katakan bahwa dia itu musyrik. Kecuali jika ia telah mengikrarkan kesyirikannya.

Di zaman ini ada sekelompok orang yang menuduh orang-orang yang memulyakan Nabi sebagai orang-orang yang mengkultuskan Nabi. Ketika orang-orang melantunkan Thala’al badru ‘alayna sambil berdiri, mereka berkata, “Mengapa harus berdiri sedangkan Nabinya tidak ada? Kalau dulu, ketika shahabat melantunkannya, Nabi memang ada. Tetapi sekarang mengapa harus berdiri sedangkan Rasul tidak ada?” Maka kenapa mereka bersalam kepada nabi dalam shalat-shalat mereka sedangkan nabi tidak ada?

Dulu salah seorang shahabat telah berhadapan dengan orang kafir. Dan orang kafir itu terdesak. Maka orang kafir itu mengucapkan “Laa ilaaha illallaah”. Tetapi shahabat itu tetap membunuhnya. Maka samapailah hal ini kepada Nabi. Maka nabi pun bersabda, “Apakah kamu membunuh orang yang mengatakan ‘tiada yang pantas disembah kecuali Allah’?” Shahabat itu berkata, “Wahai Rasulullah! Dia berkata seperti itu hanya untuk menyelamatkan dirinya.” Maka Nabi bersabda, “Apa yang akan kamu lakukan di hadapan kaliamt “Laa ilaaha illallaah” di hari kiamat kelak jika ia menuntutmu?” Maka shahabat itu berkata, “Mintakanlah ampun kepada Allah bagiku, wahai Rasulallah!” Maka Nabi bersabda lagi, “Apa yang akan kamu lakukan di hadapan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ di hari kiamat kelak jika ia menuntutmu?” Maka shahabat itu berkata lagi, “Mintakanlah ampun kepada Allah bagiku, wahai Rasulallah!”

Orang tadi hanya baru mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallaah”. Belum mendirikan shalat, belum menunaikan zakat, tetapi Nabi melarang shahabatnya untuk menuduh orang itu sebagai kafir atau pun musyrik. Bagaimana lagi jika kita menuduh orang yang sudah mengucapkan “Laa ilaaha illallaah” dan telah shalat bersama kita? Berpuasa bersama kita? Berzakat bersama kita? Apakah kita akan menuduh orang ini sebagai orang yang musyrik? Orang yang kafir? Orang yang ahlul bid’ah?

Berhati-hatilah terhadap tuduhan-tuduhan ini. Sebab perkataan yang demikian adalah perkataan yang sangat berat. Selama mereka belum mengikrarkan kekafiran mereka. Sebelum mereka mengikrarkan kemusyrikan mereka. Biarkanlah mereka dengan Allah. Jika mereka musyrik, maka musyriklah dia di hadapan Allah. Dan urusannya kembali kepada Allah. Janganlah kamu biarkan dirimu ikut tercebur dalam kehinaan dengan menuduhnya sebagai musyrik, kafir, atau munafiq. Bertaubatlah dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahapenerima tubat lagi Mahapenyayang.

SebelumnyaFungsi Sejadah Sebagai SutrohSesudahnyaMenjamu Tamu Rosululloh
Tahun Berdiri1997